Alasan Sederhana Saddam Hussein Menginvasi Kuwait

Kali ini kita akan bercerita tentang Kisah dibalik Alasan Saddam Hussein menginvasi Kuwait pada 1991. Sejarah awal masuknya Amerika Serikat ke timur tengah.

Setelah invasi Iraq selesai dan Saddam Hussein tertangkap, US dengan segera menginterogasi Saddam untuk mengetahui lokasi Weapon of Mass Destroyer (Senjata Pemusnah Massal) miliknya.

Saddam Hussein sudah lama jadi duri dalam daging bagi Amerika dan pasukan US tak berharap banyak dia bakal bekerja sama. Dan itu benar, interogasi yang panjang dan lama tak membuahkan hasil sampai Seorang Perwira Intelijen dari FBI bernama George Piro.

Alasan Sederhana Saddam Hussein Menginvasi Kuwait

Alasan Sederhana Saddam Hussein Menginvasi Kuwait
Saddam Hussein (image:biography.com)

George Piro, agen keturunan Lebanon Amerika adalah salah satu dari sekitar 50 agen FBI yang bisa berbahasa Arab berhasil membuat Saddam Hussein bekerja sama.

Piro berhasil meyakinkan Saddam Hussein bahwa dia adalah envoy yang menjawab langsung ke President Bush. Begitu Saddam mulai berbicara, beberapa fakta menarik terkuak, Saddam tidak menduga Amerika berani meluncurkan serangan darat.

Dia hanya menduga serangan udara selama beberapa minggu saja, pernyataan yang tidak mengejutkan karena Jendral US awalnya juga skeptis.

Tapi yang lebih mengagetkan adalah jawaban Saddam Hussein tentang alasan invasi ke Kuwait, asal mula campur tangan Amerika 1 dekade sebelumnya.

Pada masa itu Iraq berhutang pada Kuwait 80 milyar USD yang digunakan untuk membiayai perang Iran-Iraq dari 1980-1988. Amerika yang belum berniat campur tangan secara langsung memberikan 40 juta USD pada Iraq.

Bagi US semua baik-baik saja asal tidak ada negara di kawasan timur tengah yang terlalu kuat dan berniat menginvasi tetangganya.

Sampai terdesak, Iraq menaruh 100.000 pasukannya di perbatasan, situasi bertambah panas. US dan Kuwait serta UEA akhirnya berhasil menenangkan situasi dengan melalui kesepakatan minyak. Situasi perlahan membaik.

Sampai Iraq mengirim mentri luar negrinya menemui Emir Al-Sabah dari Kuwait untuk membicarakan beberapa masalah kecil.

Emir memberitahu bahwa dia tak berniat menghentikan apa yang dia lakukan sekarang sampai seluruh wanita di Iraq jadi pelacur senilai $10.

Saddam Hussein mendengar itu sebagai hinaan yang personal, dan merupakan alasan utamanya menyerang Kuwait.

Siapa sangka Saddam Hussein merupakan pria romantis yang membela kehormatan wanita di negaranya, mungkin efek samping sering menulis novel cinta :D.

Sumber: @TweetMiliter

Pasukan Elit Anti Teror German GSG-9 (GrenzSchutzGruppe-9)

GSG-9 atau Grenzschutgruppe-9 dibentuk pada 17 April 1973. Latar belakang terbentuknya GSG-9 ini karena kejadian Pembantaian Munich (Munich Massacre) pada tahun 1972.

Munich Massacre adalah kejadian dimana delapan teroris Palestina menculik 14 anggota tim Olimpiade Israel pada Olimpiade Munich tahun 1972 dengan tuntutan pembebasan 200 gerilyawan arab yang dipenjara di sebuah penjara di Israel.

Kepolisian Jerman mengirimkan anggotanya untuk menyelamatkan para atlet, tapi sayangnya mereka meremehkan para teroris itu.

Operasi penyelamatan berakhir dengan kegagalan, dengan terbunuhnya 11 dari 14 atlet, dan 5 dari teroris itu terbunuh, dengan sisa 3 tertangkap.

Pasukan Elit Anti Teror German GSG-9 (GrenzSchutzGruppe-9)

Pasukan Elit Anti Teror German GSG-9 (GrenzSchutzGruppe-9)

Terpisah dari sisi tragedi kemanusiaan ini, pihak penegak hukum Jerman juga sangat malu, dikarenakan sejarah kelam antara Jerman dan Israel (Yahudi).

Sebagai konsekuensi insiden ini, pemerintah Jerman Barat membentuk GSG-9 dibawah pimpinan Obersleutnant Ulrich Wegener.

Ulrich Wegener ini seorang ahli kontrateroris dalam Penjaga Perbatasan Federal Jerman Barat. Dibantu organisasi kontrateroris negara lain, ia membangun pasukan barunya dalam waktu kurang dari setahun semenjak kandidat dipilih, GSG-9 diaktifkan dengan dua unit yang siap tempur pada 17 April 1973.

Gelar elit GSG-9 dibuktikan pada 18 oktober 1977, pada Operation Zauberfeuer (Magic Fire).

Operation Zauberfeuer adalah operasi penyelamatan sandera di pesawat Lufthansa yang dibajak PFLP (Popular Front for the Liberation of Palestine).

Operasi itu berakhir dengan tewasnya 3 teroris tanpa jatuh korban jiwa.dengan kata lain, operasi ini berhasil.

Pasukan Elit Anti Teror German GSG-9 (GrenzSchutzGruppe-9)

GSG-9 terdiri dari tiga unit yang jumlah totalnya 250 operator. Tiga unit ini adalah GSG-9/1,GSG-9/2 dan GSG-9/3.

GSG-9/1 adalah unit kontrateroris dengan spesialisasi penyelamatan sandera dan operasi serbuan perkotaan. GSG-9/2 didedikasikan bagi operasi kontrateroris maritim, sementara GSG-9/3 adalah unit lintas udara.

Untuk mendukung tiga unit GSG-9 ini, ada Grenszhutz-Fliergruppe, satu armada helikopter khusus yang dipiloti kru terlatih dalam segala bidang kontrateroris.

Kandidat GSG-9 semuanya merupakan sukarelawan dari German Federal Border Guard.

Calon anggota harus melalui 6 bulan evaluasi fisik dan psikologis sebelum memulai kursus dalam keahlian dasar GSG-9. Jika kandidat berhasil menyelesaikan kursus dengan sukses(sekitar 30% dari semuanya), maka berhak menjadi operator aktif GSG-9.

Tetapi, para kandidat yang lulus ini tetap menjalani latihan lanjutan dalam keahlian spesialis seperti tembak runduk (sniping) juga demolisi (demolition).

Dari 1972-2003, GSG-9 dilaporkan telah menyelesaikan sekitar 1500 misi.

Sumber: @TweetMiliter

Sekilas Mengenai Sengitnya Pertempuran Udara selama Perang Korea 1950-1953

Perang Korea (1950-1953) menjadi salah satu ajang pertempuran udara paling sengit yang terjadi sepanjang sejarah dalam konteks persaingan. Pada perang Korea, pilot-pilot dari kubu komunis dan PBB Amerika bertempur dengan sengit di udara dalam pesawat yg didominasi jet.

Salah satu yg menarik dalam perang korea ini adalah, pilot-pilot yang bertempur di pihak komunis tidak hanya dari Korea Utara, ada Soviet dan Cina. Pilot Soviet dikenal sebagai "Honcos" oleh para pilot PBB Amerika, julukan ini melekat sekali kepada pilot Soviet dengan MiG-15.

MiG-15 Fagot yang menjadi andalan pilot-pilot kubu komunis terbukti menjadi ancaman nyata bagi AU kubu PBB, terutama pilotnya. Dan ketika Pilot Soviet memiloti MiG-15, pilot Amerika mengakui mereka lebih memilih kabur jika bertemu dalam keadaan tidak seimbang.

Selama perang, PBB menerbangkan pesawatnya lebih dari 1 juta sorti, dan pihak Komunis jauh lebih banyak lagi. Sorti-sorti oleh kubu komunis didominasi oleh Yak-3, Yak-9, Il-10, Tu-2, MiG-9, Yak-15, MiG-15, Yak-17U, dsb.

Sekilas Mengenai Sengitnya Pertempuran Udara selama Perang Korea 1950-1953

Sekilas Mengenai Sengitnya Pertempuran Udara selama Perang Korea  1950-1953

Pilot soviet hanya terbang di atas korea mulai dari April 1951 hingga Januari 1952, selama itu pula 142 pesawat PBB ditembak jatuh.

Mengapa Rusia memutuskan untuk turun gunung dan bertempur langsung di Korea?

Akhir 1950, Korut sudah terdesak hingga ke perbatasan sungai Yalu dengan Cina. AU korea Utara nyaris dimusnahkan saat itu. Akibat minimnya pengalaman dan pelatihan pilot korut, pesawat AU Korut / KPAF menjadi mangsa empuk pesawat tempur PBB.

Akhirnya Rusia gregetan dan mulai menurunkan pilotnya untuk membekingi cina dan korea utara, agar bisa membalikkan keadaan lagi. Setelah itu MiG MiG mulai merajalela diudara, diawali dengan MiG-9 Cina lalu disusul dengan MiG-15 AU soviet dan Korut dgn pilot Soviet.

Bagaimanakah pilot Soviet mampu membuat takut pilot Amerika selain dengan bermodalkan MiG-15 yang superior dibanding F-86 Sabre?

Pilot Soviet mengembangkan taktik berupa "sword and shield" jika disebut oleh pihak Amerika. Setiap kali penyergapan, pilot Soviet akan terbang dalam formasi 6 pesawat yang terbagi dalam 3 elemen yang berbeda. Dua pesawat sebagai penyergap, dua pesawat sebagai pelindung yang menyergap, dan dua lagi mengawasi dari jauh dan akan membantu jika butuh.

Taktik ini dikembangkan oleh Georgii Lobov (19 kill), Aleksandr vasco (15 kill) dan Aleksandr Kumanichkin (30 kill) ini terbukti sukses.

Tercatat 51 Ace Soviet lahir selama Perang Korea, dan para pilot Soviet mengakui pilot Amerika adalah pesaing yang tangguh.

Setelah pilot Soviet mengundurkan diri dari gelanggang, mereka memutuskan untuk melatih sendiri pilot Cina dan Korea Utara untuk menerbangkan MiG.

Ace tertinggi soviet di Korea adalah Yevgeni Pepelyaev dengan 23 kills, Nikolai Sutyagin dengan 21 kills dan Sergei Kramenko (19 kills).

Aturan yang digunakan pilot F-86 Sabre USAF dalam menyikapi ancaman yang ditimbulkan MiG-15:

1. Selalu terbang dalam kecepatan tinggi apabila sudah memasuki daerah lawan.

2. Buang Tangki cadangan apabila akan memulai air combat, dilarang mencoba bertempur melawan MiG-15 jika Drop Tank masih terpasang.

3. Apabila Drop Tank tidak dapat dilepas, segera kembali ke pangkalan secepatnya.

4. Waspada apabila musuh datang dari arah matahari.

5. Usahakan musuh terlihat secara visual apabila akan mulai dogfight, pesawat musuh yang tak terlihat adalah ancaman potensial.

6. Jangan memberi kesempatan pesawat musuh mendekat kurang dari jarak 2500 kaki.

7. Siluet MiG-15 mirip dengan F-86 apabila dilihat diatas jarak 3000 kaki, jangan tembak apabila tidak ada visual contact.

8. Kembangkan Mutual Support dalam bertempur. Lakukan Break apabila diperingatkan teman / Wingman.

9. Yang terpenting adalah : Jangan Panik.

10. Selama kombat. Gunakan Full Throttle, jangan sekali-kali menggunakan Air Brake.

Sumber: @TweetMiliter

Vlad Dracula - Kisah Nyata Pembantai Umat Islam Dalam Perang Salib

Mendengar nama Dracula, yang muncul di pikiran kita adalah sosok Vampir penghisap darah. Tapi tahukah anda kalau sebenarnya tokoh Dracula dalam film-film misteri itu sebenarnya terinspirasi dari sosok pembantai yang kejam pada masa perang salib? Silahkan simak kisah Vlad Dracula - Kisah Nyata Pembantai Umat Islam Dalam Perang Salib berikut ini.

Nama aslinya Vlad Tepes (dibaca Tse-pesh). Dia lahir sekitar bulan Desember 1431 M di Benteng Sighisoara, Transylvania, Rumania. Ayahnya bernama Basarab (Vlad II), yang terkenal dengan sebutan Vlad Dracul, karena keanggotaannya dalam Orde Naga. Dalam bahasa Rumania, “Dracul” berarti naga. Sedangkan akhiran “ulea” artinya “anak dari”. Dari gabungan kedua kata itu, Vlad Tepes dipanggil dengan nama Vlad Draculea ( dalam bahasa Inggris dibaca Dracula), yang berarti anak dari sang naga.

Ayah Dracula adalah seorang panglima militer yang lebih sering berada di medan perang ketimbang di rumah. Praktis Dracula hanya mengenal sosok sang Ibu, Cneajna, seorang bangsawan dari kerajaan Moldavia. Sang ibu memang memberikan kasih sayang dan pendidikan bagi Dracula. Namun itu tidak mencukupi untuk menghadapi situasi mencekam di Wallachia saat itu. Pembantaian sudah menjadi tontonan harian. Seorang raja yang semalam masih berkuasa, di pagi hari kepalanya sudah diarak keliling kota oleh para pemberontak.

Vlad Dracula - Kisah Nyata Pembantai Umat Islam Dalam Perang Salib

Vlad Dracula - Kisah Nyata Pembantai Umat Islam Dalam Perang Salib
Image credit to http://mentalfloss.com

Pada usia 11 tahun, Dracula bersama adiknya, Radu, dikirim ke Turki. Hal ini dilakukan sang Ayah sebagai jaminan kesetiaannya kepada kerajaan Turki Ustmani yang telah membantunya merebut tahta Wallachia dari tangan Janos Hunyadi. Selama di Turki, kakak beradik ini memeluk agama Islam, bahkan mereka juga sekolah di madrasah untuk belajar ilmu agama. Tak seperti adiknya yang tekun belajar, Dracula justru sering mencuri waktu untuk melihat eksekusi hukuman mati di alun-alun. Begitu senangnya dia melihat kepala-kepala tanpa badan dipancang di ujung tombak. Sampai-sampai sehari saja tidak ada hukuman mati, maka dia segera menangkap burung atau tikus, kemudian menyiksanya dengan tombak kecil sampai mati.

Dengan status muslimnya, Dracula mempunyai kesempatan belajar kemiliteran pada para prajurit Turki yang terkenal andal dalam berperang. Dalam waktu singkat dia bisa menguasai seni berperang Turki, bahkan melebihi prajurit Turki lainnya. Hal ini menarik perhatian Sultan Muhammad II ( di Eropa disebut Sultan Mehmed II). Hingga pada tahun 1448 M, menyusul kematian Ayah dan kakaknya, Mircea, yang dibunuh dalam kudeta yang diorganisir Janos Hunyadi, Kerajaan Turki mengirim Dracula untuk merebut Wallachia dari tangan salib Kerajaan Honggaria. Saat itu Dracula berusia 17 tahun.

Aksi Biadab Dracula

Dengan bantuan Turki Dracula dapat merebut tahta Wallachia. Setelah itu, sebagian besar pasukan kembali ke Turki dengan menyisakan sebagian kecil di Wallachia. Tanpa pernah diduga, Dracula murtad dan berkhianat. Dia menyatakan memisahkan diri dari Turki. Para prajurit Turki yang tersisa di Wallachia ditangkapi. Setelah beberapa hari disekap di ruang bawah tanah, mereka diarak telanjang bulat menuju tempat eksekusi di pinggir kota. Di tempat ini seluruh sisa prajurit Turki dieksekusi dengan cara disula. Yakni dengan ditusuk duburnya dengan balok runcing sebesar lengan, kemudian dipancangkan di tengah lapangan.

Dua bulan kemudian Janos Hunyadi berhasil merebut tahta Wallachia dari tangan Dracula. Namun pada tahun 1456 hingga 1462 Dracula kembali berkuasa di Wallachia. Masa pemerintahannya kali ini adalah masa-masa teror yang sangat mengerikan. Yang menjadi korban aksi sadisnya bukan hanya umat Islam yang tinggal di Wallachia, tapi juga para tuan tanah dan rakyat Wallachia yang beragama Khatolik.

Di hari Paskah tahun 1459, Dracula mengumpulkan para bangsawan dan tuan tanah beserta keluarganya di sebuah gereja dalam sebuah jamuan makan. Setelah semuanya selesai makan, dia memerintahkan semua orang yang ada ditempat itu ditangkap. Para bangsawan yang terlibat pembunuhan ayah dan kakaknya dibunuh dengan cara disula. Sedang lainnya dijadikan budak pembangunan benteng untuk kepentingan darurat di kota Poenari, di tepi sungai Agres. Sejarawan Yunani, Chalcondyles, memperkirakan jumlah semua tahanan mencapai 300 kepala keluarga. Terdiri dari laki-laki dan perempuan, orang tua, bahkan anak-anak.

Vlad Dracula - Kisah Nyata Pembantai Umat Islam Dalam Perang Salib
Image credit to Wikipedia

Aksi Dracula terhadap umat Islam di Wallachia jauh lebih sadis lagi. Selama masa kekuasaannya, tak kurang dari 300 ribu umat Islam dibantainya. Berikut sejumlah peristiwa yang digunakan Dracula sebagai ajang pembantaian umat Islam:

Pembataian terhadap prajurit Turki di ibu kota Wallachia, Tirgoviste. Ini terjadi pada awal kedatangannya di sana, setelah mengumumkan perlawanannya terhadap Turki.

Hutan Mayat yang Tersula

Pada 1456, Dracula membakar hidup-hidup 400 pemuda Turki yang sedang menimba ilmu pengetahuan di Wallachia. Mereka ditangkapi dan ditelanjangi, lalu diarak keliling kota yang akhirnya masukkan ke dalam sebuah aula. Aula tersebut lalu dibakar dengan ratusan pemuda Turki di dalamnya.

Aksi brutal lainnya, adalah pembakaran para petani dan fakir miskin Muslim Wallachia pada acara penobatan kekuasaannya. Para petani dan fakir miskin ini dikumpulkan dalam jamuan makan malam di salah satu ruangan istana. Tanpa sadar mereka dikunci dari luar, kemudian ruangan itu dibakar.

Dendam Dracula terhadap Turki dan Islam semakin menjadi. Untuk menyambut hari peringatan St. Bartholome, 1459, dia memerintahkan pasukannya untuk menangkapi para pedagang Turki yang ada di Wallachia. Dalam waktu sebulan terkumpullah 30 ribu pedagang Turki beserta keluarganya. Para pedagang yang ditawan ditelanjangi lalu digiring menuju lapangan penyulaan. Lalu mereka disula satu persatu.

Aksi kejam lainnya adalah dengan menyebar virus penyakit mematikan ke wilayah-wilayah yang didiami kaum Muslimin. Dia juga memerintahkan pasukannya meracuni Sungai Danube. Ini adalah taktik Dracula untuk membunuh pasukan Turki yang membangun kubu pertahanan di selatan Sungai Danube.

Pada 1462 M, Sultan Turki, Muhammad II mengirim 60 ribu pasukan untuk menangkap Dracula hidup atau mati. Pemimpin pasukan adalah Radu, adik kandung Dracula. Mengetahui rencana serangan ini, Dracula menyiapkan aksi terkejamnya untuk menyambut pasukan Turki.

Sepekan sebelum penyerangan, dia memerintahkan pasukannya untuk memburu seluruh umat Islam yang tersisa di wilayahnya. Terkumpullah 20 ribu umat Islam yang terdiri dari pasukan Turki yang tertawan, para petani, dan rakyat lainnya. Selama empat hari mereka digiring dengan telanjang bulat dari Tirgoviste menuju tepi Sungai Danube. Dua hari sebelum pertempuran, para tawanan disula secara masal di sebuah tanah lapang. Mayat-mayat tersula tersebut kemudian diseret menuju tepi sungai. Lalu dipancang di kiri dan kanan jalan, yang membentang sejauh 10 km untuk menyambut pasukan Turki.

Pemandangan mengerikan ini hampir membuat pasukan Turki turun mental. Namun semangat mereka kembali bangkit saat melihat sang Sultan begitu berani menerjang musuh. Mereka terus merangsek maju, mendesak pasukan Dracula melewati Tirgoviste hingga ke Benteng Poenari.

Pasukan Turki yang dipimpin Radu berhasil mengepung Benteng Poenari. Merasa terdesak, isteri Dracula memilih bunuh diri dengan terjun dari salah satu menara benteng. Sedang Dracula melarikan diri ke Honggaria melalui lorong rahasia. Hingga tahun 1475 M Wallachia dikuasai oleh Kerajaan Turki, sebelum akhirnya direbut kembali oleh Dracula yang disokong pasukan salib dari Transylvania dan Moldavia.

Dracula tewas dalam pertempuran melawan pasukan Turki pimpinan Sultan Muhammad II di tepi Danau Snagov, pada Desember 1476. Kepala Dracula dipenggal, kemudian dibawa ke Konstantinopel untuk dipertunjukkan kepada rakyat Turki. Sedang badannya dikuburkan di Biara Snagov oleh para biarawan.

Selain melalui cerita turun-temurun rakyat Rumania, bukti-bukti sejarah terkait riwayat kelam Drakula juga tercatat dengan baik di sejumlah pamflet yang beredar di Jerman dan Rusia.

Allahu Akbar, semoga Allah memberikan tempat yang layak di sisiNya bagi korban-korban Islam yang dibunuh Dracula.

Sumber: Net Detective Indonesia

Sejarah Pemboman USAAF Terhadap Tokyo World War II

Sejarah Pemboman USAAF Terhadap Tokyo World War II dikatakan menjadi operasi bombing raid paling menghancurkan sepanjang sejarah.

Pada fase akhir Perang Pasifik, US Army Air Force (USAAF) melakukan aksi pemboman besar-besaran terhadap kota-kota besar di Jepang. Pada Pertengahan hingga akhir 1944, Armada Udara Kesatuan AL Jepang di daerah-daerah luar telah musnah total sejak Battle of Leyte Gulf.

Kekuatan udara Jepang pasca Battle of Leyte Gulf memang sudah tidak ada lagi, tetapi patut dicatat itu untuk di luar Jepang, di tanah air Jepang sendiri masih tersedia 10.000 lebih pesawat untuk keperluan Homeland Defense, dengan tambahan krisis BBM.

Maka, Amerika Serikat mulai melakukan Operasi Pemboman secara besar-besaran dengan menggelar pesawat pembom Boeing B-29 Superfortress. Pembom B-29 ini tergabung dalam 20th Air Force, yang dipusatkan pada XX Bomber Command yang berpangkalan di China.

Sejarah Pemboman USAAF Terhadap Tokyo World War II

Sejarah Pemboman USAAF Terhadap Tokyo World War II

Operation Matterhorn adalah operasi Bombing Raid pertama dari XX Bomber Command, tapi B-29 masih tidak sanggup terbang sampai Tokyo, maka mulai November 1944, pembom B-29 ditransfer ke XXI Bomber Command yang berpangkalan di Kepulauan Mariana, Samudra Pasifik

XXI Bomber Command mulai beroperasi secara efektif berskala penuh mulai pada musim semi 1945, dan mulai menggelar operasi ke Tokyo. Tidak sampai disitu, tak lama setelah aktif, XXI Bomber Command memindahkan pangkalan ke Guam, yang lebih dekat ke kepulauan Jepang.

Dalam operasinya, Pembom B-29 menjatuhkan bom-bom General Purpose (GP Bomb) dari ketinggian hingga 30.000 kaki (9 kilometer). Metode ini dilaksanakan karena Pertahanan Udara Jepang sangat lemah pada ketinggian ini dan Interceptor Jepang tak mampu mencegat

Namun kemudian para Operative USAAF menganggap metode ini tidak menimbulkan kerusakan yang besar dan serius bagi Jepang.

Akhirnya Mayjen Curtis LeMay, pemimpin Operasi Pemboman ini memerintahkan untuk mengubah metode pemboman. LeMay memerintahkan semua B-29 membawa Bom Pembakar / Incendiary Bomb dan terbang pada ketinggian rendah (4500-8000 kaki).

Bom-bom pembakar, yang meledak di atas daerah perumahan di jepang yang mayoritasnya terbuat dari kayu, menjadi senjata paling mematikan, terlebih lagi angin kencang yang menerpa membuat efek api semakin membesar dan membuat daerah-daerah sekitar ikut terbakar.

Curtis LeMay terkenal kejam, bahkan ia memerintahkan 279 B-29 membom tokyo dengan 1700 ton bom pembakar dalam 2 hari Operation Meetinghouse.

Akibat dari Operation Meetinghouse, Bombing Raid atas Tokyo pada 9-10 Maret 1945, 100.000 warga tokyo menjadi korban dalam 2 hari pemboman. Mayoritas korban diakibatkan terjebak dalam api yang cepat membakar rumah-rumah di tokyo yang hampir semuanya terbuat dari kayu.

Selain Tokyo, USAAF dibawah LeMay membom 68 kota-kota lainnya di Jepang dengan Bom Napalm, White Phosporus, Magnesium dan Cluster Bomb.

Pemadam Kebakaran Tokyo menyebutkan 97.000 orang tewas dan 125.000 orang terluka, 286.358 bangunan musnah dalam 2 hari pemboman atas Tokyo.

Dalam Operasi pemboman, Para Pilot B-29 dilarang untuk membom kompleks Istana Kaisar, namun tetap saja ada bom yang nyasar kesana. 50% kota Tokyo hancur total akibat operasi pemboman secara besar-besaran ini, dan Operation Meetinghouse mendapat Predikat tersendiri.

Operation Meetinghouse menjadi Operasi Bombing Raid paling mematikan sepanjang sejarah.

Kota Tokyo setelah Operation Meetinghouse, 9-10 Maret 1945


Kota Tokyo yang Terbakar akibat Pemboman menggunakan Incendiary Bombs


Mayat Penduduk Sipil Tokyo yang menjadi korban pemboman pada Operation Meetinghouse

Selain dengan bomber B-29, pesawat tempur dan pembom US Navy dan USMC ikut serta dalam Operasi Pemboman diatas kota-kota Jepang. Pada 25 Februari 1945, ratusan penempur US Navy dan USMC menggempur pusat perindustrian pesawat tempur Nakajima di Tokyo.

Karena Operasi Pemboman besar-besaran inilah, Jepang cepat kalah akibat kehilangan industri-industri perangnya, selain itu Jepang amat geram dengan Mayjen Curtis LeMay, Komandan Operasi Pemboman, karena metode kejam yang digunakannya. Bahkan jepang sempat menargetkan LeMay sebagai orang pertama yg disidang di pengadilan militer seandainya Jepang menang Perang dan akibat pemboman inilah, Kaisar Hirohito memutuskan untuk ikut serta dalam proses mengakhiri perang dengan sekutu.

Sekian Sejarah Pemboman USAAF Terhadap Tokyo World War II.

Sumber: @TweetMiliter

Misi Garuda III Kongo: 30 RPKAD (Kopassus) Menawan 3000an Pemberontak Bersenjata Lengkap

Di belahan Bumi Afrika yang bergolak, kembali mengudang Misi Perdamaian TNI dengan nama Garuda III Kongo di bawah pimpinan Alm. Letjen TNI (Purn) Kemal Idris. Pasukan ini berangkat dengan pesawat pada bulan Desember 1962, dan berada di medan tugas selama delapan bulan. Mereka di tempatkan di Albertville. Di tempat ini telah disiapkan satu kekuatan pasukan besar, yang terdiri dari 2 batalyon kavaleri. Sedangkan Batalyon Arhanud di tempatkan di Elizabethville, yang menjadi wilayah kekuasaan tiga kelompok militia yang ingin memisahkan diri, di bawah pimpinan Moises Tsommbe dari pemerintah Republic Democratic of Congo pimpinan Presiden Kasavubu. Daerah ini terkenal dengan kekayaan mineralnya.

Misi Garuda III Congo: 30 RPKAD (Kopassus) Menawan 3000an Pemberontak Bersenjata Lengkap
Pasukan Garuda II Saat di Congo tahun 1961 (wikimedia.org)

Sempat terjadi beberapa pertempuran sengit antara pasukan PBB dari India melawan kelompok-kelompok pemberontak tersebut. Disini interaksi antara pasukan Garuda III dengan pasukan PBB lainnya sangat erat. Mereka terdiri dari pasukan Filipina, India, bahkan Malaysia. Walaupun ditanah air konfrontasi Ganyang malaysia dikumandangkan, interaksi persahabatan antara Garuda III dengan Malaysia tetap terjalin rapat. Tanpa sedikit pun permusuhan. Pasukan PBB asal India merupakan yang terbesar dan terbanyak jumlahnya. Mereka terorganisir dengan sangat baik. Mereka ditempatkan di kawasan-kawasan vital yang penting dan strategis.

Personil Garuda III sangat luwes, pandai bergaul dengan masyarakat setempat sehingga mereka menaruh kepercayaan besar kepada pasukan. Mereka diajarkan bagaimana cara mengolah masakan Indonesia, membuat kue, serta menyayur daun singkong sehingga enak dimakan. Padahal mereka mengetahui memasak singkong hanyalah untuk makanan inti dengan cara dibusukkan, dikeringkan, ditumbuk jadi tepung baru dapat dimasak. Dengan adanya interaksi dan hubungan dengan masyarakat setempat, maka semua program yang direncanakan berjalan dengan baik. Masyarakat menaruh simpati pada program yang di canangkan, misalkan melakukan tindakan pengamanan daerah setempat dari pengacau. Dengan spontan, tanpa di perintah masyarakat memberitahukan kepada personil Garuda III, bila akan ada serangan yang di lancarkan oleh gerombolan pengacau.

Suatu hari terjadi serangan mendadak ke markas Garuda III. Pertempuran dan tembak menembak terjadi dari jam 12.00 malam hingga dinihari. Markas Garuda III terkepung dengan rapat. Semua personil merapatkan barisan,berusaha menangkis serangan tersebut. Menurut Informasi Intelijen, serangan dilakukan oleh sekitar 2000 pengacau, hasil gabungan 3 kelompok pemberontak. Sedangkan markas komando Garuda III dipertahankan sekitar 300an personil.40 persen dari seluruh kekuatan Garuda III di Kongo.Untung saja tidak ada korban jiwa dari Garuda III, hanya beberapa yg cedera ringan dan langsung ditangani tim medis lapangan. Menjelang subuh gerombolan pengacau mengendorkan serangan..mungundurkan diri ke basis mereka di wilayah gurun pasir yang membentang gersang.

Hasil konsolidasi pasukan, maka di bentuk tim berkekuatan 30 org personil RPKAD sebagai tim bayangan sekaligus tim terdepan untuk pengejaran hingga ke markas pemberontak. Mereka bergerak seawal jam 06.00 waktu setempat, dengan perlengkapan garis 1 untuk pengejaran. Semangat tinggi dan berkobar kelihatan jelas di wajah2 mereka yang terpilih.Iringingan doa rekan2 di markas, juga dari pasukan PBB lain, mengiring langkah kaki mereka menuju kawasan no man’s land, wilayah tidak bertuan, yang menjadi daerah kekuasaan pemberontak juga merupakan daerah TERLARANG untuk pasukan PBB. Di kawasan itu, 2 kompi plus Pasukan India pernah di bantai tanpa tersisa.

Pasukan ini di pimpin seorang Kapten dengan dibantu 5 orang Letnan. Dengan penyamaran layaknya kumpulan suku pengembara..mereka bergerak dalam 3 kelompok yg saling berkomunikasi, tidak lupa kambing, sapi,bakul sayuran di bawa bersama untuk penyamaran. Badan dan wajah di gosok arang sehingga hitam dan menyerupai penduduk asli setempat, ada juga yg berpakaian ibu2 dan menjunjung bakul sayuran daun singkong. Mereka bergerak melalui pinggiran danau dengan no man’s land tujuan akhir.

Data intelijen yang didapat mengatakan kekuatan musuh diperkirakan 300an bersenjatakan campuran termasuk RPG/Bazooka dan beberapa Tank, panzer dan bisa dimaklumi sebab ini markas mereka, tentara setempat saja belum mampu memasuki wilayah yang dijaga ketat tersebut.

Memasuki senja, personil bermalam dipinggiran danau sambil mengatur strategi penyerangan. Dikejauhan terlihat kelip2 lampu2 dari markas pemberontak. Menurut data intelijen lagi, suku-suku di kongo, termasuk pemberontak sangat takut akan Hantu Putih (sosok berpakaian putih yang berbau bawang putih). Nah, disini strategi penyamaran diubah. Dibalik pakaian loreng mereka, terbungkus jubah putih yang mengembang ditiup angin danau sambil tidak lupa dengan rantai bawang putih yang baunya harum semerbak. Persiapan penyerangan dari danau dengan menggunakan kapal yg dicat hitam-hitam dipersiapkan. Menunggu jam 12.00 Tengah malam waktu setempat.

Attack !!!
Isyarat serangan pun diberikan oleh sang komandan. Dengan gesit, ke 30 orang personil RPKAD mengambil posisi masing-masing. Penyerangan tepat di mulai jam12.00 tengah malam, dengan kapal yg di digelapkan warnanya di atas Danau Tanganyika, tidak berapa jauh dari daerah no mand land. Ke 30 personil yg menyamar menjadi “Hantu Putih” ini (atau lebih dikenal masyarakat dengan sprititesses), berhamburan keluar dari dalam kapal, mendobrak pos penjagaan terdepan pemberontak. Para pemberontak yang sangat percaya akan keberadaan Hantu putih ini, kaget…terpana…melihat kelebatan bayangan putih melayang-layang disekitar mereka (jubah putih yg diiket kayu gombrang tertiup angin) sambil melepaskan rentetan tembakan yang riuh rendah. Ternyata semangat melawan pemberontak hilang sama sekali, mereka percaya bahwa mereka berhadapan dengan hantu bukan manusia biasa. Ketika akan didekati, para pemberontak yg disergap itu terkejut, secara reflek melemparkan ayam yang sedang dibakarnya tepat mengenai anggota pasukan kita.

Hanya sekitar setengah jam, markas pemberontak dapat di kuasai. Ribuan pemberontak beserta keluarganya menyerah, puluhan yg lain tewas dan luka-luka, sedangkan dipihak RPKAD cedera 1 orang, kena pecahan proyektil RPG. Dengan sigap, tawanan dikumpulkan. Tidak lama kemudian, bantuan dari pasukan di markas pun tiba, beserta pasukan PBB yang lain dari India, Malaysia, Filipina. Sejak itu, anggota GARUDA III di kenal oleh orang-orang Kongo dengan julukan Les Spiritesses, pasukan yang berperang dengan cara yang tidak biasa dilakukan orang...!!

Bisa dibayangkan….hanya berkekuatan 30 orang bisa menawan sekitar 3000an pemberontak bersenjata lengkap!!!

Keesokan harinya, pimpinan operasi dan Komandan Garuda III di panggil menghadap oleh Panglima Pasukan PBB di Kongo, Letnan Jenderal Kadebe Ngeso dari Ethopia. Ia mengatakan bangga dan takjub atas keberhasilan RPKAD GARUDA III menawan basis terbesar pemberontak dan 3000an lainnya tanpa jatuh korban. Tapi ia kecewa, Tentara Indonesia katanya tidak bertanggngjawab, irresponsible terhadap pemberontak yang ditawan itu. Kenapa sampai dikatakan irresponsible??

Biasanya, standard operasi tentara,jika musuh berkekuatan 3000 orang, harus disergap dengan kekuatan 3 kali lipat, yaitu 9000 personil. Nah, jika 3000 orang musuh dihadapi hanya dengan kekuatan 30 sampai 50 orang, itu namanya irresponsible..nggak masuk di akal sehat…ngga kepikiran…mustahil…nekad!!

Bagaimana seandainya para pemberontak tersebut melawan?? dan ada yang membocorkan taktik Hantu Putih tersebut?? tanya panglima PBB di Kongo.

Apapun, sanjungan dan pujian, serta decak kagum tetap di lontarkan, dan strategi penyerangan ini sampai sekarang masih menjadi legenda Misi Pasukan Perdamaian PBB. Mungkin kisah ini banyak yang tidak tahu, terutama masyarakat tanah air sendiri. Yang jelas, ini sudah bukti nyata keberhasilan anak-anak bangsa kita mengharumkan nama Indonesia di seantero dunia. Jelas cara taktik, muslihat, strategi serangan ini menjadi bahan penyelidikan Pasukan PBB lainnya, dan tentu saja menjadi legenda hingga sekarang!!

RPKAD adalah singkatan dari Resimen Para Komando Angkatan Darat yang sejak Desember 1986 berubah nama jadi Kopassus (Komando Pasukan Khusus) sampai dengan sekarang.

Sumber : Biografi Alm.Letjen TNI (Purn) Kemal Idris (arsip jadoel dimakan kecoa)

Kopassus dengan Segudang Prestasinya

"Lebih Baik Pulang Nama Dari Pada Gagal di Medan Tugas"

Belakangan nama salah satu Pasukan Elit Indonesia "Kopassus" menjadi topik utama di media-media nasional bahkan Internasional. Akibat dari kejadian penembakan di LP Cebongan Yogyakarta yang diakui dilakukan oleh Grup 2 Kopassus. Selain peristiwa tersebut nama Kopassus sebelumnya sudah pernah tercoreng, tapi dibalik itu terdapat segudang prestasi baik nasional maupun internasional yang menjadi alasan Pasukan Elit ini menjadikan pasukan Kopassus sebagai Pasukan Elit terbaik ketiga dunia. Berikut sekilas mengenai Kopassus yang kami kutip dari kultwit @STNatanegara:

Kopassus dengan Segudang Prestasinya

Kopassus dengan Segudang Prestasinya

Tidak pernah ada kata mundur tapi yang ada hanya 'hitung mundur'. Profiling, presensi dan forensik tidak berbohong.... Kalau Jenderal masih bisa berbohong! Operasi apakah yang dilakukan oleh Kopassus dimana saat itu 'U' diselamatkan nyawanya oleh HS?

"Kami Bukan Hebat, Tapi Kami Terlatih" Kopassus juga manusia.. tentunya juga punya salah disamping segudang prestasi yang dipunya...

Nah sebelumnya tahun 2007, nama Kopassus tercoreng dengan insiden membungkuknya Danjen Kopassus di depan Tommy Soeharto. Tentunya peristiwa ini mengesankan bahwa Kopassus masih tunduk kepada kekuasaan Soeharto.

Kopassus dengan Segudang Prestasinya

Pada acara HUT Kopassus, Tommy dan Bambang T hadir di Kandang Menjangan sebagai peserta lomba tembak terbuka yang digelar pada 23 April 2007. Nah pada saat bersalaman dengan Tommy, Danjen Kopassus saat itu terlihat membungkuk di depan Tommy Soeharto.

Alhasil, foto membungkuknya Danjen Kopassus ini beredar luas di masyarakat bahkan sampai ke Amerika Serikat dan Australia.

Nah bicara prestasi Kopassus, siapa yang tidak tau tentang Woyla? Tidak salah jika akhirnya salah satu negara tetangga kita memilih Kopassus sebagai tempat menimba ilmu bagi pasukan elitnya!

Banyak cerita menarik tentang sepak terjang Kopassus terkait operasi-operasi yang mereka jalankan demi NKRI. Ada operasi yang bisa tercium media tetapi lebih banyak lagi operasi militer/intelijen yang tidak tercium media. Bahkan satu dua cerita tentang ketegangan di perbatasan Kalimantan juga sempat menjadi obrolan seru.

Kopassus (RPKAD) juga telah menjadi legenda dikalangan Pasukan Penjaga Perdamaian PBB yang bertugas di Kongo. Bahkan oleh orang-orang Kongo telah diberikan julukan les spiritesses, pasukan yang berperang dengan cara yang tidak biasa dilakukan orang!!

Legenda itu bercerita tentang Kopassus (RPKAD) yang hanya berkekuatan 30 orang bisa menawan 3000an pemberontak bersenjatakan lengkap!!!

Kopassus dengan Segudang Prestasinya

Walaupun menjadi prestasi tersendiri tetapi keberanian Kopassus (RPKAD) tersebut tetap saja disalahkan oleh Pimpinan Pasukan PBB. Disalahkan karena tidak masuk akal!

Selain itu banyak cerita menarik juga dikalangan Anggota Kopassus yang tergabung dalam Satuan Tugas Intelijen (SGI). Salah satu prestasi team SGI Kopassus adalah dengan tertembaknya tokoh GAM Ishak Dawood!

Prestasi-prestasi Kopassus tentu saja tidak berharga murah tetapi harus dibayar dengan keringat dan darah.

Dan nama-nama yang tertulis di Sasana Kusuma Bangsa menjadi saksi sejarah betapa besar pengorbanan Kopassus untuk negara.

Sosok Intelijen Anti Islam III : LB Moerdani, Kader Jesuit yang Memusuhi Islam

Lanjutan artikel sebelumnya: Sosok Intelijen Anti Islam II : Ali Moertopo, Arsitek Pemberangus Gerakan Islam Orde Baru.

Jika ‘Mengenal Sosok Intelijen Anti-Islam’ di bagian sebelumnya mengungkap sosok Ali Moertopo, di bagian ketiga ini menyingkap kader atau penerusnya Ali Moertopo, yaitu Benny Moerdani yang juga dikenal sangat memusuhi umat Islam.

Benny diduga berada di balik tragedi berdarah Tanjung Priok, 1984. Pada masanya, militer Indonesia pernah dilatih di Israel.

Raut wajahnya keras dan kaku. Terkesan angker dan tak bersahabat. Itulah Leonardus Benjamin “Benny” Moerdani, sosok jenderal militer pada masa Orde Baru yang dikenal sangat benci Islam dan kaum Muslimin.

Benny Moerdani adalah orang kepercayaan Ali Moertopo. Benny sudah dipersiapkan jauh-jauh hari oleh Moertopo untuk menggantikannya dalam menjalankan tugas mengawasi bahaya “ekstrem kanan”, yang tak lain adalah gerakan Islam.

Benny Moerdani lahir di Cepu, 2 Oktober 1932. Di kalangan Katolik, jenderal yang dikenal ahli intelijen ini sangat dibangga-banggakan. Benny bisa dibilang sebagai representasi kelompok Katolik yang mempunyai posisi penting dalam lingkaran militer dan kekuasaan Orde Baru pada masa lalu.

Sosok Intelijen Anti Islam II : LB Moerdani, Kader Jesuit yang Memusuhi Islam

Sosok Intelijen Anti Islam II : LB Moerdani, Kader Jesuit yang Memusuhi Islam

Sebagai kader Moertopo, Benny pernah diangkat menjadi wakilnya ketika terjadi konfrontasi antara Indonesia dengan Malaysia.

Ia juga termasuk sosok yang terlibat dalam pembentukan Centre for International Studies (CSIS), sebuah lembaga think-tank yang sangat dekat dengan Orde Baru, didukung oleh para birokrat Kejawen dan pengusaha etnik Cina yang saat itu membangun gurita dalam lingkar elit kekuasaan Orde Baru.

Di kalangan tentara Muslim, Benny Moerdani dikenal sangat tidak aspiratif terhadap kelompok Islam. Almarhum mantan Kepala Badan Koordinasi Intelijen Negara (Ka-BAKIN), Letjend TNI Z.A Maulani pernah mengatakan, pada masa Benny Moerdani menjadi panglima ABRI, sangat sulit mendapatkan masjid atau mushalla di komplek dan barak-barak militer.

Keberadaan tempat ibadah umat Islam tersebut dikontrol begitu ketat. Bahkan, pada masa itu banyak tentara Muslim yang tidak berani mengucapkan “Asssalamu’alaikum” ketika berada di lingkungan militer.

Benny pernah melontarkan pernyataan kontroversial yang melarang umat Islam mengucapkan salam. Dalam sebuah rapat kabinet bidang Polkam, Jaksa Agung Ali Said pernah dibentak oleh Benny karena mengucapkan “salam” dalam rapat tersebut. “Indonesia bukan negara Islam, tak perlu ucapkan salam,” bentaknya saat itu.

Peristiwa pembajakan pesawat yang disebut-sebut sebagai bagian dari operasi kelompok jihad, juga digagalkan atas peran Moerdani. Ia terlibat dalam aksi pembebasan para sandera dan penangkapan orang-orang yang dianggap sebagai “teroris” atau “ekstrem kanan” ketika itu.

Pasca Peristiwa 15 Januari 1974 (Malari) yang diduga kuat melibatkan operasi intelijen Ali Moertopo, Presiden Soeharto memanggil Moerdani yang ketika itu sedang bertugas sebagai konsulat di KBRI Korea Selatan untuk datang menghadap.

Belakangan diketahui, pemanggilan Moerdani ke Jakarta oleh Presiden Soeharto adalah hasil lobi-lobi Ali Moertopo untuk menempatkan kader pentingnya di lingkaran presiden.

Dengan diantar oleh Moertopo, Moerdani kemudian bertemu Pak Harto. Setelah pertemuan, Moerdani kemudian diangkat oleh Soeharto sebagai Ketua G-1 Intelijen Hankam yang bertugas mengendalikan seluruh intelijen di Angkatan Darat dan kepolisian. Selain itu Moerdani juga diperbantukan untuk BAKIN.

Karir militer Benny Moerdani terus melesat, meskipun ketika itu umat Islam mulai mencurigai sepak terjangnya yang sangat antipati terhadap aspirasi Islam.

Benny Moerdani dilibatkan dalam menangani intelijen Kopkambtib dan diangkat menjadi Ketua Satuan Tugas Intelijen, sebuah lembaga yang dikenal sangat angker dan ditakuti pada masa Orde Baru.

Para ulama, khatib, mubaligh dan aktivis Islam pernah merasakan bagaimana bengisnya lembaga ini dalam memosisikan Islam sebagai ancaman dan lawan. Moerdani bahkan diduga berada di balik perpecahan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), sehingga terbentuklah dua HMI: HMI Dipo dan HMI MPO.

Tahun 1983, ketika Benny Moerdani diangkat sebagai Panglima ABRI menggantikan Jenderal M. Yusuf, umat Islam makin khawatir dengan sepak terjangnya.

Moerdani kemudian melakukan berbagai upaya restrukturisasi secara drastis, dengan menempatkan tentara-tentara yang Nasrani dalam jajaran penting di militer.

Sosok Intelijen Anti Islam II : LB Moerdani, Kader Jesuit yang Memusuhi Islam

Benny Moerdani juga dicurigai dalam menjegal karir para perwira ABRI Muslim. Tak heran, jika ada yang menyebut telah terjadi kristenisasi di tubuh ABRI di bawah kepemimpinan Benny Moerdani.

Dalam persepsi Benny Moerdani, semua gerakan Islam adalah ancaman, sebagaimana DI/TII pada masa lalu yang kemudian ditumpas.

Benny Moerdani yang pernah terlibat dalam operasi menumpas DI/TII dan PRRI/Permesta tidak bisa membuang persepsi negatif terhadap gerakan Islam, sehingga menjadikan Islam sebagai ancaman yang membahayakan keutuhan NKRI.

Berbeda dengan Ali Moertopo yang kerap pamer kekuasaan, Benny justru dikenal sebagai sosok yang misterius dan penuh rahasia. Meski sama-sama haus kekuasaan, Bennyi bermain “cantik” untuk menjalankan obesesinya tersebut.

Sebagai orang yang malang melintang di dunia intelijen, segala tindakan ia perhitungkan dengan matang dan sangat tertutup. Bahkan ihwal tentara yang sering kali di latih di Israel pun, pada masa Benny Moerdani tidak terungkap, tertutup rapat.

Di kalangan tentara Muslim, isu tentang militer yang dilatih di Israel pada masa Benny Moerdani sudah santer terdengar.

Benny menyadari posisinya sebagai bagian dari kelompok minoritas di Indonesia. Itu membuanya sulit untuk menggapai puncak kekuasaan di republik ini.

Karena itu, dengan kelihaiannya ia berperan sebagai king maker, orang yang mempengaruhi pihak yang berkuasa. Kepada perwira kopassus di akhir tahun 1980-an Benny pernah berseloroh, “Buat apa jadi orang yang berkuasa, jika bisa dengan tanpa risiko kita mengontrol orang yang berkuasa.”

Karena itu, Benny membuat strategi agar orang yang berkuasa nanti, meskipun berasal dari kalangan Islam, namun bisa dengan leluasa ia atur.

Itulah yang menyebabkan ia menjegal habis-habisan langkah Soedharmono untuk menjadi wakil presiden, karena Sudharmono bukan sosok yang bisa ia atur, di samping, menurutnya, Soedharmono dekat dengan kalangan santri. Benny kemudian menjadikan Naro sebagai calon wakil presiden yang ia gadang.

Benny juga dikenal lihai dalam mendekati kelompok Islam yang pernah memendam kekecewaan dengan Masyumi. Ia melakukan politik belah bambu dengan mendekati kiai dari kelompok Nahdlatul Ulama (NU), dan menginjak kelompok lain yang berseberangan dengan NU.

Pertentangan antara NU sebagai kelompok tradisionalis Islam dengan kelompok Masyumi sebagai santri modernis ia pertajam. Karenanya, Benny kerap bersafari dari pesantren ke pesantren NU dengan Abdurrahman Wahid alias Gus Dur untuk melakukan politik pecah belah tersebut.

Safari bersama dilakukan Benny dan Gus Dur di tengah kecaman umat Islam yang menuntut Benny bertanggung jawab dalam tragedy pembantaian umat Islam Tanjung Priok, di Jakarta pada 12 September 1984.

Saat peristiwa Priok, Benny sedang berada di Jakarta. Bahkan pada tengah malam usai tragedi pembantantaian, Benny sudah berada di lokasi kejadian.

Pada dini harinya ia langsung meluncur ke rumah sakit dan sempat menghitung jumlah mayat yang tergeletak di rumah sakit. Anehnya, sampai akhir hayatnya, Benny Moerdani sama sekali tidak tersentuh hukum dalam tragedi berdarah ini.

Sosok Intelijen Anti Islam II : LB Moerdani, Kader Jesuit yang Memusuhi Islam
Benny & Try Sutrisno pasca Peristiwa Priok

Leonardus Benny Moerdani meninggal di Jakarta, pada 29 Agustus 2004 dalam usia 72 tahun, karena menderita stroke. Kepergiannya mendapatkan penghormatan yang luar biasa di kalangan militer.

Ia dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta. Bendera setengah tiang selama tujuh hari dikibarkan di lingkungan militer.

Setelah Moerdani tiada, siapakah sosok intelijen anti Islam yang menggantikannya?

Sumber Artikel Asli: Artawijaya/salam-online.com

Sosok Intelijen Anti Islam II : Ali Moertopo, Arsitek Pemberangus Gerakan Islam Orde Baru

Lanjutan artikel sebelumnya: Sosok Intelijen Anti Islam I : Ali Moertopo, Arsitek Pemberangus Gerakan Islam Orde Baru: Untuk memuluskan langkah-langkah politik Islamophobia, kelompok militer anti-Islam yang dikomandoi oleh Ali Moertopo, oknum pengusaha etnik Cina, Serikat Jesuit, dan pejabat sekular-kejawen, mendirikan sebuah lembaga think tank bernama Centre for Strategic and International Studies (CSIS) pada 1 September 1971, bermarkas di Tanah Abang III, Jakarta Pusat.

Ali Moertopo dan Soedjono Hoemardani (penasihat kebatinan Soeharto) menjadi sosok yang berada di belakang CSIS. Lembaga ini kemudian membuat masterplan pembangunan Orde Baru yang sangat menguntungkan pemerintah, pengusaha etnik Cina dan kelompok Kristen.

Sementara umat Islam dianggap sebagai bahaya yang mengancam, yang bercita-cita mendirikan negara Islam. Mereka masih menjadikan isu “Darul Islam” sebagai jualan untuk memberangus gerakan Islam. Selain pula mewaspadai kebangkitan Islam politik yang pada masa lalu direpresentasikan melalui kekuatan Partai Masyumi.

Kelompok Kristen dan oknum pengusaha etnik Cina yang merapat ke militer, meyakinkan pemerintah dan tentara, bahwa jika umat Islam berkuasa, maka akan terjadi diktator mayoritas, dimana penegakan syariat Islam akan diberlakukan.

Pemerintah yang ketika itu mabuk kekuasaan dan tentara yang diindoktrinasi untuk mewaspadai ancaman terhadap kebhinekaan Pancasila, kemudian termakan isu tersebut, sehingga memposisikan umat Islam sebagai bahaya.

Agenda politik kelompok anti Islam ini berhasil menciptakan konglomerasi dan gurita bisnis antara penguasa dan pengusaha. Di antara jaringan bisnis tersebut adalah Pan Group milik Panlaykim dan Mochtar Riady, PT Tri Usaha Bakti milik Soedjono Hoemardani, Pakarti Grup milik Lim Bian Kie dan Panlaykim, dan Berkat Grup milik Yap Swie Kie.

Masuknya kekuatan konglomerat dalam lingkaran Orde Baru membuat rezim tersebut semakin kuat. Karena itu, ada yang mengatakan bahwa Orde Baru dibangun oleh empat pilar kekuatan, yaitu ABRI, Birokrat, Golkar dan konglomerat.

Keempat pilar tersebut memainkan peran penting dalam memarjinalkan peran politik umat Islam saat itu. Kolaborasi rezim Orba dengan pengusaha Katolik/Cina di antaranya dengan membuat kebijakan yang memotong urat nadi ekonomi umat Islam dan menghidupkan kelompok kecil Cina keturunan.

Sentra-sentra ekonomi umat Islam seperti di Pekalongan, Solo, Pekajangan, Majalaya, dan lain-lain, dengan aneka kebijakan pemerintah dapat dikerdilkan.

Jaringan perbankan dan sektor keuangan lainnya juga berhasil mereka kuasai. Karena itu, ketika Orba berkuasa, gurita bisnis kelompok ini begitu perkasa dan dapat memengaruhi kebijakan pemerintah.

Siapa Ali Moertopo sesungguhnya?

Mantan Pangkopkamtib Jenderal Soemitro mengatakan asal usul Ali Moertopo sangat gelap, sehingga banyak rumor yang beredar tentang sosoknya.

Ali Moertopo, Arsitek Pemberangus Gerakan Islam Orde Baru

Ali Moertopo

Kasman Singodimedjo, tokoh Islam yang pada zaman Soekarno aktif di militer mengatakan, Ali Moertopo adalah bekas intel tentara Angkatan Laut Belanda (Netherland Information Service) yang ditangkap Hizbullah di daerah Tegal, Jawa Tengah. Saat ditangkap, Ali Moertopo nyaris dibunuh. Ia kemudian dijadikan double agent oleh Hizbullah.

Versi lain, seperti diceritakan Adam Malik, Ali Moertopo adalah pendiri AKOMA (Angkatan Komunis Muda) yang berafiliasi pada partai Murba Alimin, yang berhaluan Sneevliet. Meski tidak percaya bahwa Moertopo bekas pentolan salah satu organisasi Komunis, Soemitro menceritakan kisah yang dikait-kaitkan dengan sosok Komunis Moertopo.

Saat ada seorang staf Moertopo ingin membuat tulisan tentang “Peristiwa Tiga Daerah” yang menyebutkan Komunis sebagai dalang dari peristwa itu, Moertopo membentaknya. “Mau Apa? Mau mendiskreditkan saya?”

Moertopo juga dikenal dekat dengan Kolonel Marsudi, salah seorang anggota PKI yang pernah menjadi Direktur Opsus. Selama di Opsus, Marsudi selalu berada di belakang layar dan sangat tertutup.

Marsudi pun disebut-sebut sebagai pendiri Central Gerakan Mahasiswa Indonesia (CGMI), organisasi mahasiswa underbouw PKI. Cerita mengenai ini diungkap dalam buku biografi Jenderal Soemitro, senior Ali Moertopo di lingkungan militer, yang ditulis oleh Ramadhan K.H.

Dalam catatan Jenderal Soemitro, jauh-jauh hari Ali Moertopo sudah merencanakan CSIS dan Opsus sebagai alat untuk memperkuat dan mengamankan rezim Orba.

Ali Moertopo yang melihat kekuatan Islam sebagai gerakan yang bisa mengancam ‘gerak laju pembangunan’, mencari partner yang bisa diajak untuk sama-sama menjegal gerakan Islam. Dan partner tersebut adalah kelompok Katolik yang tergabung dalam Ordo Jesuit.

Ali Moertopo didekati kelompok ini karena posisinya sebagai orang dekat Soeharto dan mempunyai pengaruh di ABRI. Kabarnya, Ali Moertopo sudah didekati kelompok ini sejak tahun 1960-an.

Ali Moertopo sendiri sudah mengetahui bahaya dari kelompok Orde Jesuit ini, yang ia sebut lebih berbahaya dari komunisme karena terdiri dari para intelektual adventurir. Namun, kata Ali, kedekatannya dengan kelompok itu adalah untuk meredam gerakan mereka, atau dalam bahasanya “untukmengandangkannya ketimbang bergerak liar”.

Apakah dalam rangka “mengandangkan” Orde Jesuit ini juga, kemudian Ali Moertopo menjadikan rumah Pater Beek (tokoh Jesuit Indonesia) di jalan Raden Saleh, Jakarta Pusat, sebagai markas Opsus?

Saat peristiwa 15 Januari 1974, Ali Moertopo diduga terlibat penunggangan aksi apel mahasiswa yang menolak kedatangan PM Jepang yang berujung pada kerusuhan di Jakarta.

Tujuan manuver politik Moertopo adalah untuk menyingkirkan orang-orang yang mencoba mendekati Soeharto dan menjadi rival politiknya. Untuk menggambarkan bahwa dia orang yang bisa mengendalikan kebijakan politik Orde Baru, Benny Moerdani, kadernya Moertopo, pernah mengatakan, ”Kuda boleh berganti, tapi saisnya tetap satu”.

Artinya, siapapun bisa menggantikan Soeharto, asalkan tetap bisa dikendalikan oleh Moertopo dan kelompoknya.

Setelah peristiwa 15 Januari 1974, Ali Moertopo melakukan lobi politik kepada Presiden Soeharto untuk memanggil Benny ke Jakarta agar ditempatkan dalam jajaran penting di militer.

Keseriusan Ali Moertopo untuk menempatkan kadernya dalam posisi strategis di elit militer terlihat dengan menelepon langsung Benny yang saat itu berada di Korea Selatan.

Kemudian, dengan diantar sendiri oleh Ali Moertopo, Benny menghadap langsung ke Soeharto. Oleh penguasa Orde Baru itu Benny diserahi jabatan sebagai Ketua G-I Asisten Intelijen Hankam yang bertugas mengendalikan seluruh intelijen di Angkatan Darat dan Polri.

Selain itu, Benny juga ditugaskan untuk membantu Badan Koordinasi Intelijen Negara (BAKIN).

Ali Moertopo, Arsitek Pemberangus Gerakan Islam Orde Baru
Leonardus Benny Moerdani

Sebagai kader Ali Moertopo, beberapa posisi penting itu tentu saja sudah direncanakan dengan matang. Apalagi kemudian Benny ikut pula menangani intelijen Kopkamtib dan menjadi Ketua Satuan Tugas Intelijen, serta kemudian menjabat sebagai Kepala Pusat Intelijen Strategis Hankam.

Karir intelijen Leonardus Benjamin (Benny) Moerdani terus melejit dan menjadi sorotan penting dalam hubungannya dengan umat Islam saat ia menggantikan Jenderal M Yusuf sebagaiPanglima ABRI pada tahun 1983.

Setelah Ali Moertopo, tongkat estafet permusuhan militer terhadap umat Islam dilanjutkan oleh Benny Moerdani, kader Jesuit yang juga kader Moertopo.

Bagaimana kiprah Benny Moerdani dalam memberangus gerakan Islam? Lanjutannya di bagian III

Sumber Artikel Asli: Artawijaya/salam-online.com

Sosok Intelijen Anti Islam I : Ali Moertopo, Arsitek Pemberangus Gerakan Islam Orde Baru

Sosoknya dikenal sebagai tangan kanan Soeharto. Ia menggunakan siasat “Pancing dan Jaring” untuk memberangus gerakan Islam. Umat Islam disusupi dan dipancing untuk bertindak ekstrem, setelah itu dijaring untuk diberangus atau dikendalikan!

Namanya Ali Moertopo. Meski Muslim, dalam karir intelijen dan militernya ia dikenal sebagai arsitek pemberangus gerakan Islam pada masa Orde Baru.

Ia menjadikan umat Islam sebagai lawan, bukan kawan. Untuk memuluskan misinya, ia berkolaborasi dengan kelompok anti-Islam, di antaranya kelompok Serikat Jesuit, kejawen, dan para pengusaha naga yang menjadi pilar kekuatan Orde Baru.

Mereka tak hanya mengebiri kekuatan Islam secara politik, tetapi juga memarjinalkan perekonomian umat Islam.

Ali Moertopo dilahirkan di Blora, Jawa Tengah, 23 September 1924. Sebagai tangan kanan penguasa Orde Baru, Soeharto, beberapa jabatan mentereng di dunia militer, intelijen, dan pemerintahan pernah dipegangnya, yaitu; Deputi Kepala Operasi Khusus (1969-1974), Wakil Kepala Bidang Intelijen Negara (1974-1978), Penasihat Badan Pemenangan Pemilu (Bapilu) Golkar, dan Menteri Penerangan RI (1978-1983).

Hampir semua posisi dan karir yang didudukinya, berkaitan dengan upaya menyingkirkan peranan umat Islam dan memberangus gerakan Islam.

Pada pemilu tahun 1971, Moertopo memobilisasi kekuatan militer untuk menekan para mantan anggota Partai Komunis Indonesia (PKI) untuk memilih Golkar. Sedangkan saat menjabat sebagai Kepala Operasi Khusus (Opsus), lembaga yang dikenal angker pada saat itu, Ali Moertopo banyak melakukan upaya-upaya penyusupan (desepsi, penggalangan dan pemberangusan gerakan Islam).

Siasat “Pancing dan Jaring” digunakan oleh Moertopo untuk menyusup ke kalangan Islam, melakukan pembusukan dengan berbagai upaya provokasi, kemudian memberangusnya.

Operasi intelijen tersebut pada saat ini mirip dengan apa yang dilakukan oleh Densus 88, sebuah detasemen yang juga dikendalikan oleh musuh-musuh Islam, dengan tujuan yang sama.

Beberapa peristiwa seperti Komando Jihad, tragedi Haur Koneng, penyerangan Polsek Cicendo, Jamaah Imran, dan Tragedi pembajakan pesawat Woyla, tak lepas dari siasat licik Moertopo.

Stigma “ekstrem kanan” yang ditujukan kepada umat Islam dan “ekstrem kiri” yang ditujukan kepada anggota dan simpatisan Partai Komunis Indonesia (PKI), juga hasil dari kerja intelijen Moertopo.

Umat Islam dipancing, kemudian dijaring dan diberangus. Sebagian yang tak kuat iman, dikendalikan kemudian digalang untuk bekerjasama dengan penguasa.

Pada peristiwa Komando Jihad misalnya, simpatisan Darul Islam (DI) dan Tentara Islam Indonesia (TII), dipropaganda dan dimobilisasi oleh Ali Moertopo untuk melakukan perlawanan terhadap ancaman Komunis dari Utara (Vietnam).

Ali Moertopo kemudian mendekati beberapa orang tokoh DI, yaitu Haji Ismail Pranoto, Haji Danu Muhammad Hassan, Adah Djaelani, dan Warman untuk menggalang kekuatan umat Islam, yang memang sangat memendam luka sejarah terhadap komunisme.

Setelah ribuan umat Islam termobilisasi di Jawa dan Sumatera, dengan siasat liciknya, Moertopo kemudian menuduh umat Islam akan melakukan tindakan subversif dengan mendirikan Dewan Revolusi Islam lewat sebuah organisasi “Komando Jihad (KOMJI)”.

Mereka kemudian digulung dan dicap sebagai “ekstrem kanan”. Istilah “Komando Jihad” muncul pada tahun 1976 sampai 1982. Selain KOMJI, rekayasa intelijen juga terlihat jelas dalam kasus Jamaah Imran, Cicendo, dan pembajakan pesawat DC-9 Woyla.

Jamaah Imran adalah kumpulan anak-anak muda yang dipimpin oleh Imran bin Muhammad Zein, pria asal Medan. Aktivitas kelompok yang didirikan pada 7 Desember 1975 ini berpusat di Bandung, Jawa Barat.

Ali Moertopo, Arsitek Pemberangus Gerakan Islam Orde Baru

Ali Moertopo, Arsitek Pemberangus Gerakan Islam Orde Baru

Kelompok ini berobsesi ingin membangun sebuah komunitas Muslim yang melaksanakan syariat Islam secara murni. Untuk menjalankan misinya, menurut laporan intelijen, mereka mendirikan Dewan Revolusi Islam Indonesia (DRII).

Istilah Jamaah Imran juga diberikan oleh aparat, bukan penamaan yang dibuat kelompok anak muda tersebut. Kasus Jamaah Imran mencuat ke publik saat terjadi penyerangan Polsek Cicendo, Bandung, pada 11 Maret 1981.

Peristiwa itu bermula ketika polisi menahan anggota jamaah tersebut karena kasus kecelakaan. Kemudian mereka berusaha membebaskan anggotanya dengan melakukan penyerangan bersenjata. Peristiwa berdarah itu menjadi legitimasi aparat untuk melakukan penangkapan anggota Jamaah tersebut.

Peristiwa Cicendo berlanjut dengan aksi pembajakan pesawat terbang DC 9 Woyla GA 208 dengan rute Jakarta-Palembang pada Sabtu, 28 Maret 1981. Pembajakan tersebut dilakukan oleh lima orang anggota Jamaah Imran dengan membelokkan pesawat menuju Bandara Don Muang, Thailand.

Drama pembajakan ini berhasil ditumpas oleh Pasukan Khusus TNI di bawah pimpinan LB Moerdani dan Sintong Pandjaitan. Mengapa sekelompok anak muda itu begitu radikal dan berani melakukan perlawanan terhadap pemerintah? Setelah diusut, sikap radikal kelompok itu ternyata diciptakan oleh seorang intel ABRI yang bernama Johny alias Najamuddin yang menyusup dalam Jamaah Imran.

Johny yang sudah diterima oleh jamaah tersebut kemudian melakukan beragam provokasi dengan menebar kebencian kepada ABRI. Johny kemudian ‘membeberkan rahasia’ ABRI yang dikatakan akan melakukan de-islamisasi di Indonesia.

Untuk itu, Johny merencanakan agenda besar: melakukan perlawanan terhadap ABRI. Di tengah sikap ABRI yang memang telah membuka “front” terhadap umat Islam, para anggota Jamaah Imran kemudian terbujuk dengan gagasan Johny.

Tanpa sepengetahuan para anggota jamaah lainnya, Johny membuat dokumentasi setiap aktivitas yang dilakukan jamaah tersebut. Dengan skenario licik, Johny kemudian membuat rencana untuk melakukan operasi pencurian senjata api di Pusat Pendidikan Perhubungan TNI AD pada 18 November 1980.

Senjata curian itulah yang kemudian dilakukan untuk menyerang Polsek Cicendo. Anehnya, Johny yang telah menghasut anggota Jamaah Imran untuk menyerang markas polisi tersebut, ternyata tak menampakkan batang hidungnya saat peristiwa terjadi. Bahkan saat polisi melakukan aksi besar-besaran untuk menangkap Jamaah Imran, Johny ‘lolos’ dari penangkapan.

Johny akhirnya tewas dieksekusi anggota Jamaah ini di suatu tempat. Saat persidangan kasus ini digelar di pengadilan, majelis hakim menolak untuk membuka identitas Johny. Selain itu, Jaksa penuntut umum juga selalu mementahkan usaha untuk mengorek identitas pria itu lebih dalam.

Jenderal Soemitro, seniornya Ali Moertopo di lingkungan militer, dalam biografinya menyebut kasus Jamaah Imran, peristiwa penyerangan terhadap Golkar di Lapangan Banteng, dan pembajakan Pesawat Woyla sebagai rekayasa Opsus (Operasi Khusus) Ali Moertopo yang menerapkan teori “Pancing dan Jaring”.

Dalam kasus Jamaah Imran, kata Seomitro, Opsus memakai tokoh Imran yang bernama asli Amran. Selama lima tahun Imran dibiayai oleh Ali Moertopo belajar di Libya untuk mempelajari Islam dan ilmu terorisme. Imran Kemudian dimunculkan sebagai sosok yang ingin mendirikan Negara Islam Indonesia kembali.

Soemitro juga menceritakan, laporan intelijen menyebut tujuan operasi Woyla untuk menggulingkan pemerintahan Soeharto dan mendiskreditkan umat Islam. Operasi ini ingin memunculkan kesan bahwa kelompok Islam cenderung radikal dan masih memiliki keinginan untuk mendirikan negara Islam seperti halnya DI/TII.

Inilah yang kata Soemitro disebut sebagai teori “Pancing dan Jaring”, dimana umat Islam dirangkul (dibina, pen) terlebih dahulu, lalu dikipasi untuk memberontak, baru kemudian ditumpas sendiri oleh Opsus.

Jenderal Soemitro menceritakan, “Kecurigaan saya terhadap kasus Woyla, mulai muncul, ketika ada laporan bahwa sebetulnya Panglima Angkatan Bersenjata (Pangab) Jenderal TNI M Jusuf akan membawa Awaloedin Djamin—yang notabene memiliki pasukan anti-teror untuk menyelasaikan kasus pembajakan tersebut.

Ali Moertopo, Arsitek Pemberangus Gerakan Islam Orde Baru
Ali Moertopo (kanan)

Namun, rencana itu tiba-tiba berubah tanpa sepengetahuan Jusuf, tidak tahu siapa yang mengubahnya. Akhirnya yang berangkat bukan lagi pasukan Awaloedin Djamin, melainkan pasukan RPKAD yang dipimpin Sintong Pandjaitan.

Ini yang menjadi pertanyaan sampai sekarang, mengapa RPKAD yang berangkat, bukannya polisi. Dari situ saya bisa menganalisis bahwa ada dua komando, yakni yang langsung ke jalur Pangab, dan satunya lagi: Jalur invisible hand!” (Lihat, biografi Jenderal Soemitro yang ditulis oleh Ramadhan K.H, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1994 dan buku Heru Cahyono, Pangkopkamtib Jenderal Soemitro dan Peristiwa 15 Januari ’74, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1998, Cetakan Ketiga)… (Lanjut ke Bagian 2).

Sumber Artikel Asli: Artawijaya/salam-online.com

Sekilas Mengenai Perang Korea Utara dan Selatan

Perang Korea adalah perang saudara antara Korea Utara dan Korea Selatan yang berlangsung sejak 25 Juni 1950 dan berakhir pada 27 Juli 1953 dengan ditanda tanganinya perjanjian Gencatan senjata. Gencatan senjata berarti Perang Korea belum sepenuhnya berakhir hingga kini.

Pada Perang Korea, Korea Selatan didukung oleh Amerika Serikat yang bertindak untuk dan atas nama PBB. Selain itu, Korea Selatan juga dibantu sekutunya, Inggris, Australia, Kanada dan negara lain yang mengirim tentaranya dibawah bendera PBB (antara lain Turki).

Sedangkan Korea Utara yang komunis, dibantu oleh pasukan Republik Rakyat China yang waktu itu belum jadi anggota PBB dan Uni Sovyet (yang anggota tetap Dewan keamanan PBB dan berhak mem-veto keputusan perang PBB). Uni Sovyet juga membantu secara finansial, perlengkapan perang dan juga penasihat militer.

Sekilas Mengenai Perang Korea Utara dan Selatan

Sekilas Mengenai Perang Korea Utara dan Selatan

Semuanya berawal dari pendudukan Semenanjung Korea oleh Jepang selama Perang Dunia II. Amerika Serikat, RRC (yang masih dikuasai Nasionalis-Chiang Kai Sek, yang pro sekutu), Inggris dan Uni Sovyet, pada Konferensi Kairo, November 1943, menyetujui untuk melepaskan kepentingan masing2 atas Korea dan menjadikannya negara merdeka secara berangsur dibawah suatu perwalian.

Tapi kemudian Amerika Serikat dan Uni Sovyet mengingkari perjanjian ini dan membuat Konferensi Yalta (Februari 1945) yang isinya antara lain mengijinkan Uni Sovyet membentuk buffer zone Eropa dan menguasai Korea sampai batas 38° Lintang Utara.

Sekilas Mengenai Perang Korea Utara dan Selatan

Seusai perjanjian itu, Uni Sovyet mengumumkan perang kepada Jepang 9 Agustus 1945 dan berderap memasuki Korea.

8 September 1945 barulah AS menerima penyerahan Korea dari Jepang. Sementara itu, Kim Il Sung di Utara memproklamirkan kemerdekaan Republik Rakyat Korea (resmi di deklarasikan 9 September 1948).

Pemerintahan perwalian Amerika Serikat di Korea Selatan enggan mengakui kemerdekaan itu karena dianggap terlalu komunis.

Amerika Serikat segera membentuk pemerintahan sipil di Korea Selatan di bawah kepemimpinan Syngman Rhee yang memproklamasikan Republik Korea pada 15 Agustus 1948.

Kedua pemimpin ini sebenarnya berniat untuk meyatukan Korea, tapi terhalang oleh ideologi masing-masing.

Amerika Serikat angkat kaki dari Korea Selatan pada tahun 1949 dengan meninggalkan Tentara Korea Selatan dengan sedikit persenjataan. Sementara Korea Utara terus mendapat bantuan dari Uni Sovyet. Hal ini membakar Kim untuk melakukan invasi untuk menyatukan Korea.

Dengan dalih bahwa pihak Selatan yang lebih dulu mem-provokasi dan melanggar demarkasi 38° LU, 25 Juni 1950 Korea Utara memulai invasi ke Korea Selatan dengan 250 ribu tentara infanteri dengan dukungan tank dan serangan udara.

Karena tidak siap dan nyaris tanpa dukungan, hanya dalam waktu 3 bulan (September 1950) Korea Utara berhasil menguasai 90% wilayah Korea Selatan.

Beberapa jam kemudian kemudian, Dewan Keamanan PBB dengan suara bulat mengecam invasi Korea Utara terhadap Republik Korea, melalui Resolusi 82 DK PBB, meskipun Uni Soviet dengan hak vetonya memboikot pertemuan sejak Januari. Setelah memperdebatkan masalah ini, DK PBB, pada 27 Juni 1950, menerbitkan Resolusi 83 yang merekomendasikan negara anggota memberikan bantuan militer kepada Republik Korea.

Uni Soviet menentang legitimasi perang tersebut, karena:

  • Data intelejen tentara Korea Selatan yang menjadi sumber Resolusi 83 didapatkan dari intelejen AS;
  • Korea Utara (Republik Demokratik Rakyat Korea) tidak diundang sebagai anggota sementara PBB, yang berarti melanggar Piagam PBB Pasal 32;
  • Perang Korea berada di luar lingkup Piagam PBB, karena perang perbatasan Utara-Selatan awalnya dianggap sebagai perang saudara.


Selain itu, perwakilan Soviet memboikot PBB untuk mencegah tindakan Dewan Keamanan, dan menantang legitimasi tindakan PBB; ahli hukum mengatakan bahwa untuk memutuskan suatu tindakan diperlukan suara bulat dari 5 anggota tetap DK PBB.

Dukungan Amerika Serikat dengan bendera PBB membuat Korea Selatan mampu menahan kekuatan Korea Utara di Pusan (Agustus- September 1950).

Taktik Douglas MacArthur untuk mendaratkan marinir Amerika Serikat di Incheon, garis belakang pertahanan Utara, mampu memotong jalur bantuan dan perbekalan Korea Utara.

Tentara Korea Utara yang kekurangan perbekalan kemudian kalah jumlah terpukul balik.

Pukulan balik ini berlanjut sampai jauh ke wilayah Utara (Nopember 1950), bahkan Pyongyang jatuh ke tangan pasukan PBB pada Oktober 1950.

Tapi kemudian timbul masalah. RRC menuduh tentara Korea Selatan yang didukung PBB ‘kluyuran’ terlalu jauh ke utara dan merasa kedaulatannya terusik.

Mereka (RRC) kemudian memutuskan untuk “membantu Korea dalam menghadapi invasi Amerika Serikat dan PBB”.

Akhir Oktober tahun itu, 300 ribu tentara “sukarelawan” RRC menyeberangi sungai Yalu untuk membantu Korea Utara.

Dengan kekuatan sebesar itu, tentara Korea Selatan dan PBB dipukul mundur kembali sehingga melewati batas demarkasi 38° LU.

Selain kekalahan telak di lapangan, pasukan sekutu juga mengalami pukulan moril dengan gugurnya komandan Amerika Serikat Jend. Mark W. Clark.

Kekalahan ini membuat Jend. MacArthur sebagai komandan Asia Pasifik mengusulkan untuk mempergunakan bom atom kembali.

Tetapi tambahan 100 ribu tentara, perlengkapan kavaleri dan perbekalan, membuat pasukan PBB di bawah Komandan yang baru Matthew Ridgway berhasil menahan laju pasukan RRC.

Bahkan karena tidak sempurnanya jalur logistik, membuat RRC dan Korea Utara mengosongkan kembali daerah yang dikuasainya.

Pasukan Korea Selatan AS berhasil mendesak kembali lawannya ke Korea Utara dan bertahan di sekitar jalur demarkasi 38° LU.

Meskipun perang masih berlanjut, posisi ini tidak lagi berubah sampai gencatan senjata. Perang ini berakhir dengan ditandatanganinya perjanjian gencatan senjata 27 Juli 1953 antara Amerika Serikat, RRC dan Korea Utara.

Presiden Korea Selatan Syngman Rhee menolak menandatanganinya, namun berjanji untuk menghormatinya.

Korban tewas: AS: 36.940 terbunuh, China:100.000-150.000 terbunuh; kebanyakan sumber memperkirakan 400.000 orang yang terbunuh; Korea Utara: 214,000–520,000; kebanyakan sumber memperkirakan 500.000 orang yang terbunuh. Korea Selatan: Rakyat sipil: 245.000—415.000 terbunuh; Total rakyat sipil yang tewas antara 1.500.000—3.000.000; kebanyakan sumber memperkirakan 2.000.000 orang tewas.

Sungguh dahsyat bencana kemanusiaan yang terjadi akibat mempertahankan sebuah ideologi. Dan, Perang Korea Utara dan Korea Selatan sepertinya akan timbul dan meledak lagi. Sumber: @TweetMiliter, Wikipedia

Mengenal Rudal-rudal Balistik yang Dimiliki Korea Utara

Strategic Rocket Forces atau yang juga dikenal dengan nama Artillery Guidance Bureau adalah bagian dari Militer Korea Utara yang mengatur mengenai nuklir dan misil-misil strategis Korea Utara. Strategic Rocket Forces didirikan pada tahun 1999, yang pada awalnya adalah bagian dari Ground Force Artillery Command AD Korea Utara.

Strategic Rocket Forces adalah branch keempat Militer korea utara disamping AD, AL, dan AU. SRF langsung dikomando markas tertinggi. Fasilitas-fasilitasnya terdiri dari : Musudan-ri Rocket Launch Facility, Kittaryeong Missile Launch Facility (terletak di perbatasan korsel), Kalgol-dong Missile Launch Facility, dipersenjatai dengan rudal Hwasong 5 dan 6 dengan target Korea Selatan, Kusong Missile Site, yang berlokasi di pantai timur korut. targetnya adalah militer amerika yg berpangkalan di Jepang, Ok-Pyong-Dong Missile Facility dan yang terbaru Pongdong-ri.

Rudal-rudal Balistik Korea Utara

Mengenal Rudal-rudal Balistik yang Dimiliki Korea Utara

Strategic Rocket Forces berkapabilitas meluncurkan roket dari Missile silo, launch pad, mobile launcher, dan submarine-ship launch platform.

Berikut ini adalah daftar inventori rudal-rudal balistik dibawah Komando Strategic Rocket Forces Korea Utara:

1. FROG-7, tactical ballistic rocket buatan Uni Soviet. berjangkauan 70km

2. KN-1, rudal jelajah antikapal Korea Utara berbasis SS-N-2 Styx yang berjangkauan 160km

3. KN-2, Rudal balistik jarak pendek (SRBM) buatan korea utara berjangkauan 120km

4. Hwasong-5, SRBM (Short-Range Ballistic Missile) buatan korea utara berjarak jangkau 330km

Rudal Balistik Korea Utara Hwasong-5
Gambar Hwasong-5

5. Hwasong-6, SRBM buatan korea utara berjarak jangkau 700km

6. Scud-ER1 (Extended range) rudal balistik soviet scud yang dimodifikasi korut. berjarak jangkau 800km

7. Rodong-1, Medium-range ballistic missile (MRBM) buatan korea utara berjarak jangkau 1000km

Mengenal Rudal-rudal Balistik yang Dimiliki Korea Utara
Gambar Rodong 1

8. Rodong-2, MRBM buatan korea utara berjarak jangkau 2000km

Gambar Rodong 2

9. Taepodong-1, MRBM buatan korea utara berjarak jangkau 2500km

Mengenal Rudal-rudal Balistik yang Dimiliki Korea Utara
Gambar Taepodong 1

10. Taepodong-2, Intercontinental ballistic missile berjarak jangkau maksimal 12.500km

11. BM-25, Intermediate range ballistic missile (ILBM) buatan korea utara berjarak jangkau 2500km

Mengenal Rudal-rudal Balistik yang Dimiliki Korea Utara
Gambar BM-25

12. Musudan-1, rudal balistik yang diluncurkan dari kapal selam (SLBM) buatan korea utara berjarak jangkau 4000km

Pada 2009 dilaporkan, Korea Utara berhasil mengecilkan ukuran bom nuklir sehingga mampu dimuati di kepala rudal-rudal balistiknya. Sesuai doktrin militer Korea Utara, senjata-senjata nuklir diletakkan di lokasi terpisah dan disimpan dalam keadaan terpisah. Senjata nuklir baru akan dipasang ke rudal setelah ada persetujuan dari Supreme Commander. Selain nuklir, rudal balistik Korea Utara juga mampu dimuati senjata kimia, yang jumlahnya berlimpah di korea utara.

Selain rudal balistik, SRF juga membawahi pengembangan roket peluncur satelit. Yaitu Paektusan (Unha-1), Unha-2 dan Unha-3. Sumber: @TweetMiliter