Sejarah Pemboman USAAF Terhadap Tokyo World War II

Updated by | Senin, April 15, 2013
Sejarah Pemboman USAAF Terhadap Tokyo World War II dikatakan menjadi operasi bombing raid paling menghancurkan sepanjang sejarah.

Pada fase akhir Perang Pasifik, US Army Air Force (USAAF) melakukan aksi pemboman besar-besaran terhadap kota-kota besar di Jepang. Pada Pertengahan hingga akhir 1944, Armada Udara Kesatuan AL Jepang di daerah-daerah luar telah musnah total sejak Battle of Leyte Gulf.

Kekuatan udara Jepang pasca Battle of Leyte Gulf memang sudah tidak ada lagi, tetapi patut dicatat itu untuk di luar Jepang, di tanah air Jepang sendiri masih tersedia 10.000 lebih pesawat untuk keperluan Homeland Defense, dengan tambahan krisis BBM.

Maka, Amerika Serikat mulai melakukan Operasi Pemboman secara besar-besaran dengan menggelar pesawat pembom Boeing B-29 Superfortress. Pembom B-29 ini tergabung dalam 20th Air Force, yang dipusatkan pada XX Bomber Command yang berpangkalan di China.

Sejarah Pemboman USAAF Terhadap Tokyo World War II

Sejarah Pemboman USAAF Terhadap Tokyo World War II

Operation Matterhorn adalah operasi Bombing Raid pertama dari XX Bomber Command, tapi B-29 masih tidak sanggup terbang sampai Tokyo, maka mulai November 1944, pembom B-29 ditransfer ke XXI Bomber Command yang berpangkalan di Kepulauan Mariana, Samudra Pasifik

XXI Bomber Command mulai beroperasi secara efektif berskala penuh mulai pada musim semi 1945, dan mulai menggelar operasi ke Tokyo. Tidak sampai disitu, tak lama setelah aktif, XXI Bomber Command memindahkan pangkalan ke Guam, yang lebih dekat ke kepulauan Jepang.

Dalam operasinya, Pembom B-29 menjatuhkan bom-bom General Purpose (GP Bomb) dari ketinggian hingga 30.000 kaki (9 kilometer). Metode ini dilaksanakan karena Pertahanan Udara Jepang sangat lemah pada ketinggian ini dan Interceptor Jepang tak mampu mencegat

Namun kemudian para Operative USAAF menganggap metode ini tidak menimbulkan kerusakan yang besar dan serius bagi Jepang.

Akhirnya Mayjen Curtis LeMay, pemimpin Operasi Pemboman ini memerintahkan untuk mengubah metode pemboman. LeMay memerintahkan semua B-29 membawa Bom Pembakar / Incendiary Bomb dan terbang pada ketinggian rendah (4500-8000 kaki).

Bom-bom pembakar, yang meledak di atas daerah perumahan di jepang yang mayoritasnya terbuat dari kayu, menjadi senjata paling mematikan, terlebih lagi angin kencang yang menerpa membuat efek api semakin membesar dan membuat daerah-daerah sekitar ikut terbakar.

Curtis LeMay terkenal kejam, bahkan ia memerintahkan 279 B-29 membom tokyo dengan 1700 ton bom pembakar dalam 2 hari Operation Meetinghouse.

Akibat dari Operation Meetinghouse, Bombing Raid atas Tokyo pada 9-10 Maret 1945, 100.000 warga tokyo menjadi korban dalam 2 hari pemboman. Mayoritas korban diakibatkan terjebak dalam api yang cepat membakar rumah-rumah di tokyo yang hampir semuanya terbuat dari kayu.

Selain Tokyo, USAAF dibawah LeMay membom 68 kota-kota lainnya di Jepang dengan Bom Napalm, White Phosporus, Magnesium dan Cluster Bomb.

Pemadam Kebakaran Tokyo menyebutkan 97.000 orang tewas dan 125.000 orang terluka, 286.358 bangunan musnah dalam 2 hari pemboman atas Tokyo.

Dalam Operasi pemboman, Para Pilot B-29 dilarang untuk membom kompleks Istana Kaisar, namun tetap saja ada bom yang nyasar kesana. 50% kota Tokyo hancur total akibat operasi pemboman secara besar-besaran ini, dan Operation Meetinghouse mendapat Predikat tersendiri.

Operation Meetinghouse menjadi Operasi Bombing Raid paling mematikan sepanjang sejarah.

Kota Tokyo setelah Operation Meetinghouse, 9-10 Maret 1945


Kota Tokyo yang Terbakar akibat Pemboman menggunakan Incendiary Bombs


Mayat Penduduk Sipil Tokyo yang menjadi korban pemboman pada Operation Meetinghouse

Selain dengan bomber B-29, pesawat tempur dan pembom US Navy dan USMC ikut serta dalam Operasi Pemboman diatas kota-kota Jepang. Pada 25 Februari 1945, ratusan penempur US Navy dan USMC menggempur pusat perindustrian pesawat tempur Nakajima di Tokyo.

Karena Operasi Pemboman besar-besaran inilah, Jepang cepat kalah akibat kehilangan industri-industri perangnya, selain itu Jepang amat geram dengan Mayjen Curtis LeMay, Komandan Operasi Pemboman, karena metode kejam yang digunakannya. Bahkan jepang sempat menargetkan LeMay sebagai orang pertama yg disidang di pengadilan militer seandainya Jepang menang Perang dan akibat pemboman inilah, Kaisar Hirohito memutuskan untuk ikut serta dalam proses mengakhiri perang dengan sekutu.

Sekian Sejarah Pemboman USAAF Terhadap Tokyo World War II.

Sumber: @TweetMiliter

Anda membaca Sejarah Pemboman USAAF Terhadap Tokyo World War II jangan lupa untuk membagikan dengan teman-teman anda.



Komentari artikel Sejarah Pemboman USAAF Terhadap Tokyo World War II

0 comments: