Sekilas Mengenai Perang Korea Utara dan Selatan

Updated by | Rabu, Maret 20, 2013
Perang Korea adalah perang saudara antara Korea Utara dan Korea Selatan yang berlangsung sejak 25 Juni 1950 dan berakhir pada 27 Juli 1953 dengan ditanda tanganinya perjanjian Gencatan senjata. Gencatan senjata berarti Perang Korea belum sepenuhnya berakhir hingga kini.

Pada Perang Korea, Korea Selatan didukung oleh Amerika Serikat yang bertindak untuk dan atas nama PBB. Selain itu, Korea Selatan juga dibantu sekutunya, Inggris, Australia, Kanada dan negara lain yang mengirim tentaranya dibawah bendera PBB (antara lain Turki).

Sedangkan Korea Utara yang komunis, dibantu oleh pasukan Republik Rakyat China yang waktu itu belum jadi anggota PBB dan Uni Sovyet (yang anggota tetap Dewan keamanan PBB dan berhak mem-veto keputusan perang PBB). Uni Sovyet juga membantu secara finansial, perlengkapan perang dan juga penasihat militer.

Sekilas Mengenai Perang Korea Utara dan Selatan

Sekilas Mengenai Perang Korea Utara dan Selatan

Semuanya berawal dari pendudukan Semenanjung Korea oleh Jepang selama Perang Dunia II. Amerika Serikat, RRC (yang masih dikuasai Nasionalis-Chiang Kai Sek, yang pro sekutu), Inggris dan Uni Sovyet, pada Konferensi Kairo, November 1943, menyetujui untuk melepaskan kepentingan masing2 atas Korea dan menjadikannya negara merdeka secara berangsur dibawah suatu perwalian.

Tapi kemudian Amerika Serikat dan Uni Sovyet mengingkari perjanjian ini dan membuat Konferensi Yalta (Februari 1945) yang isinya antara lain mengijinkan Uni Sovyet membentuk buffer zone Eropa dan menguasai Korea sampai batas 38° Lintang Utara.

Sekilas Mengenai Perang Korea Utara dan Selatan

Seusai perjanjian itu, Uni Sovyet mengumumkan perang kepada Jepang 9 Agustus 1945 dan berderap memasuki Korea.

8 September 1945 barulah AS menerima penyerahan Korea dari Jepang. Sementara itu, Kim Il Sung di Utara memproklamirkan kemerdekaan Republik Rakyat Korea (resmi di deklarasikan 9 September 1948).

Pemerintahan perwalian Amerika Serikat di Korea Selatan enggan mengakui kemerdekaan itu karena dianggap terlalu komunis.

Amerika Serikat segera membentuk pemerintahan sipil di Korea Selatan di bawah kepemimpinan Syngman Rhee yang memproklamasikan Republik Korea pada 15 Agustus 1948.

Kedua pemimpin ini sebenarnya berniat untuk meyatukan Korea, tapi terhalang oleh ideologi masing-masing.

Amerika Serikat angkat kaki dari Korea Selatan pada tahun 1949 dengan meninggalkan Tentara Korea Selatan dengan sedikit persenjataan. Sementara Korea Utara terus mendapat bantuan dari Uni Sovyet. Hal ini membakar Kim untuk melakukan invasi untuk menyatukan Korea.

Dengan dalih bahwa pihak Selatan yang lebih dulu mem-provokasi dan melanggar demarkasi 38° LU, 25 Juni 1950 Korea Utara memulai invasi ke Korea Selatan dengan 250 ribu tentara infanteri dengan dukungan tank dan serangan udara.

Karena tidak siap dan nyaris tanpa dukungan, hanya dalam waktu 3 bulan (September 1950) Korea Utara berhasil menguasai 90% wilayah Korea Selatan.

Beberapa jam kemudian kemudian, Dewan Keamanan PBB dengan suara bulat mengecam invasi Korea Utara terhadap Republik Korea, melalui Resolusi 82 DK PBB, meskipun Uni Soviet dengan hak vetonya memboikot pertemuan sejak Januari. Setelah memperdebatkan masalah ini, DK PBB, pada 27 Juni 1950, menerbitkan Resolusi 83 yang merekomendasikan negara anggota memberikan bantuan militer kepada Republik Korea.

Uni Soviet menentang legitimasi perang tersebut, karena:

  • Data intelejen tentara Korea Selatan yang menjadi sumber Resolusi 83 didapatkan dari intelejen AS;
  • Korea Utara (Republik Demokratik Rakyat Korea) tidak diundang sebagai anggota sementara PBB, yang berarti melanggar Piagam PBB Pasal 32;
  • Perang Korea berada di luar lingkup Piagam PBB, karena perang perbatasan Utara-Selatan awalnya dianggap sebagai perang saudara.


Selain itu, perwakilan Soviet memboikot PBB untuk mencegah tindakan Dewan Keamanan, dan menantang legitimasi tindakan PBB; ahli hukum mengatakan bahwa untuk memutuskan suatu tindakan diperlukan suara bulat dari 5 anggota tetap DK PBB.

Dukungan Amerika Serikat dengan bendera PBB membuat Korea Selatan mampu menahan kekuatan Korea Utara di Pusan (Agustus- September 1950).

Taktik Douglas MacArthur untuk mendaratkan marinir Amerika Serikat di Incheon, garis belakang pertahanan Utara, mampu memotong jalur bantuan dan perbekalan Korea Utara.

Tentara Korea Utara yang kekurangan perbekalan kemudian kalah jumlah terpukul balik.

Pukulan balik ini berlanjut sampai jauh ke wilayah Utara (Nopember 1950), bahkan Pyongyang jatuh ke tangan pasukan PBB pada Oktober 1950.

Tapi kemudian timbul masalah. RRC menuduh tentara Korea Selatan yang didukung PBB ‘kluyuran’ terlalu jauh ke utara dan merasa kedaulatannya terusik.

Mereka (RRC) kemudian memutuskan untuk “membantu Korea dalam menghadapi invasi Amerika Serikat dan PBB”.

Akhir Oktober tahun itu, 300 ribu tentara “sukarelawan” RRC menyeberangi sungai Yalu untuk membantu Korea Utara.

Dengan kekuatan sebesar itu, tentara Korea Selatan dan PBB dipukul mundur kembali sehingga melewati batas demarkasi 38° LU.

Selain kekalahan telak di lapangan, pasukan sekutu juga mengalami pukulan moril dengan gugurnya komandan Amerika Serikat Jend. Mark W. Clark.

Kekalahan ini membuat Jend. MacArthur sebagai komandan Asia Pasifik mengusulkan untuk mempergunakan bom atom kembali.

Tetapi tambahan 100 ribu tentara, perlengkapan kavaleri dan perbekalan, membuat pasukan PBB di bawah Komandan yang baru Matthew Ridgway berhasil menahan laju pasukan RRC.

Bahkan karena tidak sempurnanya jalur logistik, membuat RRC dan Korea Utara mengosongkan kembali daerah yang dikuasainya.

Pasukan Korea Selatan AS berhasil mendesak kembali lawannya ke Korea Utara dan bertahan di sekitar jalur demarkasi 38° LU.

Meskipun perang masih berlanjut, posisi ini tidak lagi berubah sampai gencatan senjata. Perang ini berakhir dengan ditandatanganinya perjanjian gencatan senjata 27 Juli 1953 antara Amerika Serikat, RRC dan Korea Utara.

Presiden Korea Selatan Syngman Rhee menolak menandatanganinya, namun berjanji untuk menghormatinya.

Korban tewas: AS: 36.940 terbunuh, China:100.000-150.000 terbunuh; kebanyakan sumber memperkirakan 400.000 orang yang terbunuh; Korea Utara: 214,000–520,000; kebanyakan sumber memperkirakan 500.000 orang yang terbunuh. Korea Selatan: Rakyat sipil: 245.000—415.000 terbunuh; Total rakyat sipil yang tewas antara 1.500.000—3.000.000; kebanyakan sumber memperkirakan 2.000.000 orang tewas.

Sungguh dahsyat bencana kemanusiaan yang terjadi akibat mempertahankan sebuah ideologi. Dan, Perang Korea Utara dan Korea Selatan sepertinya akan timbul dan meledak lagi. Sumber: @TweetMiliter, Wikipedia

Anda membaca Sekilas Mengenai Perang Korea Utara dan Selatan jangan lupa untuk membagikan dengan teman-teman anda.



Komentari artikel Sekilas Mengenai Perang Korea Utara dan Selatan

0 comments: